Peta Interaktif

logo Click Here to Close ↗


Welcome to the MapMaker Interactive

This tutorial explains how to explore National Geographic Education's interactive GIS mapping tool and tools for customizing outline maps for print.

zoom

Use the zoom bar to go from a world view to a local view (or in cartographic terms, from a large scale to a small scale). If you zoom out to a world view, you will see that the map is in a Mercator projection.

region menus

Use the location menus at the top to zoom from a world view to a continent, country, or other region.

lat/lon

Identify your geographic position on the map using the latitude and longitude display at the bottom left. The latitude and longitude values change as you pan around the map.

tabs

Switch between different styles of base maps including a custom layer from National Geographic, satellite, terrain, and topographic views.

outline map

Using the 1-Page base map, click on a continent, country, or state to load the corresponding MapMaker 1-Page map.

outline map

You can customize and download your 1-Page map, or go back to the interactive map to explore more.

tabs

The tabs on the left offer different tools for working with the map: themes, drawing tools, and markers. Open and close the tabs by clicking the arrows.

themes

Open the Themes tab to explore a collection of map data layers.

map key

When you are viewing a map layer, click on the information icon to view the map legend.

transparency

Use the transparency scroll bar to change the transparency of map layers. This is a useful tool when you are viewing more than one layer at a time and want to explore relationships between layers.

unavailable layers

Notice that not all layers can be viewed at every zoom level. Some map layers will become unavailable when you zoom in to a large scale.

drawing tools

Use the Drawing Tools tab to access tools that allow you to draw lines and shapes and add labels to your map.

markers

Use the Markers tab to find markers that you can drag and drop on the map. You can adjust the marker size to meet your needs.

measure tool

The measure tool lets you measure distances on the map in either miles or kilometers. Select the tool, click once on the map and move your mouse. Click again and the distance value will appear along your line segment. Keep clicking and panning to measure additional segments and the total distance will display at the end of your line, by the cursor. Double-click to finish and select the arrow tool when you are done measuring.

full screen

Click on the the icon at the bottom right to view the interactive map in full-screen mode.

pop-out mode

Or click the other icon to see the map in a new web browser window.

share tools

The share tools above the map let you email, link, print, or share any map you create.

download

You can download your map as either an image file to include in a report or presentation or as an XML file that you can re-open. The XML file type is helpful if you are creating a custom map and want to come back to it to work on later.

re-open 1

To re-open a map that you save as an XML file, click Re-Open a Map

re-open 2

Then find the saved file on your computer, select, and open. Now you can continue working on your map.

logo Click Here to Close ↗

Now go explore the map to fine tune your skills as a geographer!

Selasa, 13 Agustus 2013

PROPOSAL CLASSROOM ACTION RESEARCH

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION
DENGAN MENGGUNAKAN PRESENTASI MULTIMEDIA INTERAKTIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SIG
KELAS XII IPS 3 DI SMA WACHID HASYIM 2 TAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (PP No. 19 Tahun 2005). Sehingga dengan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif serta menyenangkan diharapkan dapat memotivasi dan memberikan ruang untuk melatihkan berbagai kemampuan siswa.
SMA Wachid Hasyim 2 Taman adalah suatu lembaga pendi­dikan yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma’arif Sepanjang (YPM). Yayasan yang berdiri pada tahun 1964, diilhami oleh sebuah keadaan, dimana masyarakat Nahdiyin di daerah sepanjang khususnya dan di Sidoarjo pada umumnya  merupakan ma­syarakat yang mayoritas, namun dari segi kualitasnya (SDM) nya masih masih relatif tertinggal dibandingkan dengan orang lain. Dari kenyataan ini maka tergugahlah ha­ti seorang tokoh NU. Yang bernama KH. M. Hasyim Latief untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan sebagai sarana mengangkat SDM masyarakat NU di daerah tersebut.
SMA Wachid Hasyim 2 Taman memiliki visi yaitu Terselenggaranya suatu lembaga pendidikan yang bernapaskan Islam menurut faham ahlusunnah wal jama’ah dan berwawasan kebangsaan yang dikelola secara modern dan profesional. Visi tersebut harus dikembangkan sejalan dengan proses pembelajaran dan pendidikan didalamnya.
Karakteristik siswa SMA Wachid Hasyim 2 Taman berasal dari berbagai golongan yaitu mulai dari tingkat kemampuan keagamaan tinggi maupun rendah, tingkat ekonomi tinggi hingga ekonomi kebawah, dan kualitas sumber daya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan pluralistik pada karakteristik siswa  SMA Wachid Hasyim 2 Taman.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi terhadap kelas XI IPS di SMA Wachid Hasyim 2 Taman dalam mata pelajaran Geografi, terdapat satu kelas yaitu XI IPS 3 yang pada waktu mid tes sebagian besar memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) hampir 50 %. Telah diidentifikasi masalah yang menjadi penyebab antara lain  penurunan gairah belajar siswa,  penurunan motivasi belajar siswa, penurunan minat membaca siswa, penurunan minat siswa mengerjakan latihan soal, ketidakpahaman siswa pasca belajar dalam proses pembelajaran, ketidakpahaman siswa pasca belajar dalam mengerjakan soal,dan penurunan prestasi belajar siswa.
Dari identifikasi masalah diatas, ada yang paling utama menurut peneliti sekaligus sebagai guru pengajar di kelas yaitu siswa memiliki kesulitan dalam menjawab soal karena rendahnya motivasi belajar siswa sehingga pada saat Mid tes nilainya jelek. Sebaran nilai Mid Tes kelas XI IPS 3 terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Sebaran Nilai Mid Tes kelas XI IPS 3
Rentang Nilai Mid
Jumlah Siswa
Kategori
≥ 76
9 orang
Tuntas Belajar
< 76
40 orang
Tidak Tuntas Belajar

Dari 49 siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 9 orang atau sekitar 18,3 % dan yang tidak memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 40 orang atau sekitar 81,7 %. Hal ini menunjukkan rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga cenderung masih bersifat teacher center. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Hal ini dirasakan oleh peneliti sebagai guru pengajar di kelas, dengan metode ceramah makin memperburuk motivasi belajar siswa. Siswa menjadi tidak bergairah dalam belajar sehingga terkadang siswa tidak dapat menjawab pertanyan pada soal bila soal tersebut tidak ada di buku paket.
Menurut Uzer Usman (2008), Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik).
Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak.. Fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa  ketika ada permasalahan tentang rendahnya motivasi belajar siswa, guru dan orang tua terkesan tidak mau peduli terhadap hal itu, guru membiarkan siswa malas belajar dan orang tua pun tidak peduli dengan kondisi belajar anak. Maka untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa orang tua dan guru perlu mengetahui penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Raymond J.W dan Judith (2004) mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negatif  seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya.
Untuk menghadapi permasalahan tersebut, maka perlu sebuah solusi atau alternatif model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Explicit Instruction atau pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan cara belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah (Rosenshina dan Stevens, 1986).
Model pembelajaran tersebut akan diterapkan bersamaan dengan teknik presentasi pembelajaran menggunakan multimedia interaktif. Penerapan multimedia interaktif dalam pendidikan, bisa merealisasikan suatu konsep “teaching less learning more”. Artinya secara fisik bisa saja kegiatan guru di kelas dikurangi, karena ada sebagian tugas guru yang didelegasikan pada media, namun tetap mendorong tercapainya hasil belajar siswa. Pengurangan kegiatan fisik guru antara lain penjelasan materi secara manual atau menggunakan metode ceramah. Hal ini dilakukan agar pembelajaran tradisional dapat digantikan dengan pembelajaran berbasis teknologi atau digital karena menyesuaikan tuntutan zaman.
Selain peserta didik diharapkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan juga memperoleh kesempatan untuk berkreatif, inovatif serta interaktif dalam pembelajaran yang baruMelihat kondisi diatas, maka urgen sekali penggunaan Model Explicit Instruction dengan penerapan multimedia interaktif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 3 di SMA Wachid Hasyim 2 Taman.

B.    Perumusan Masalah
Bagaimana penggunaan Model Explicit Instruction dengan penerapan multimedia interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 di SMA Wachid Hasyim 2 Taman?

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 di SMA Wachid Hasyim 2 Taman yaitu menggunakan Model Explicit Instruction dengan penerapan multimedia interaktif.

D.      Manfaat Penelitian
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran dikelas. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kontribusi terhadap siswa, guru, dan pengguna lain dalam dunia pendidikan.
1.      Siswa
a.       Siswa lebih aktif, kreatif memiliki kemauan untuk meningkatkan motivasi belajarnya
b.      Siswa dapat memperluas kegiatan belajarnya di dalam maupun di luar kelas
2.      Guru
a.       Guru lebih profesional dalam menjalankan tugas mengajar untuk merangsang minat siswa dan melibatkan secara utuh dalam proses pembelajaran.
b.      Guru dapat lebih aktif dan kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

E.       Definisi Operasional
1.      Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
2.      Multimedia interaktif adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat audio ( suara, musik ), animasi, video, teks, grafik, dan gambar yang disajikan secara interaktif antara pengguna dan media.
3.      Hasil belajar adalah .....


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Model Explicit Instruction
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:41) “model pembelajaran explicit instruction adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah”. Model Pembelajaran explicit instruction atau pengajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah. Model explicit instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Tujuan model pembelajaran explicit instruction agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009:43) sintaks model pembelajaran explicit instruction disajikan dalam lima tahap seperti tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Langkah–langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Explicit Instruction
No
Keunggulan
Kelemahan
1.


Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.

2.
Semua siswa aktif atau terlibat dalam pembelajaran.
Untuk mata pelajaran tertentu.

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya prosedural, langkah demi langkah bertahap. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

B.       Multimedia Interaktif
Istilah multimedia berasal dari teater bukan komputer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium atau media seringkali disebut pertunjukan multimedia. Multimedia mencakup monitor video,  dan karya seni manusia sebagai bahan dari pertunjukan. Menurut Suyanto (2005) Multimedia adalah kombinasi antara komputer dan video. Secara umum multimedia kombinasi tiga elemen, yaitu gambar, text dan suara atau multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat audio ( suara, musik ), animasi, video, teks, grafik, dan gambar.
Multimedia memaksimalkan pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi (Arsyad, 2007). Multimedia interaktif merupakan kombinasi berbagai media dari komputer, video, audio, gambar dan teks. Berdasarkan definisi Hofstetter (2001), multimedia interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak ( video dan animasi )menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat sehingga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi”.
Heinich, Molenda, & Russel (2002) mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5) Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.
Dalam sebuah proses belajar mengajar, terdapat beberapa komponen pengajaran yang harus berperan serta demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran, dimana tujuan pembelajaran itu sendiri sebenarnya adalah keberhasilan belajar siswa dalam sebuah mata pelajaran tertentu maupun dalam pendidikan pada umumnya (Krismanto,2003). Siswa sebagai inti dari proses belajar mengajar, harus dilibatkan dalam semua fase pembelajaran, dan merupakan tugas seorang guru untuk mengaktifkan siswa serta memberikan pengalaman belajar yang dinamis dan bermakna. Salah satu cara untuk mendorong tercapainya pembelajaran yang efektif, digunakanlah alat bantu belajar atau yang biasa disebut media. 
Menurut Chusnul Chotimah (2008) bahwa untuk hasil optimal dalam pembelajaran harus menyenangkan dan merangsang imajinasi serta kreativitas siswa.

C.       Hasil Belajar Siswa
Model explicit instruction bertumpu pada prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang permodelan (modelling). Belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu permodelan, yaitu meniru perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang berkaitan. Djamarah (2006:11) menyatakan proses belajar diartikan “sebagai proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Artinya bahwa tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap ke arah yang lebih baik melalui belajar. Yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhir melakukan aktivitas belajar. Sehingga perubahan yang terjadi ini merupakan hasil proses belajar.
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu : hasil dan belajar. Hasil merupakan akibat yang ditimbulkan dari proses kegiatan sedangkan belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku, pribadi, dan pengetahuan. Tingkat kemampuan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya atau sering disebut hasil belajar. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Kardi (dalam Uno dan Nurdin 2011 :141) mengemukakan bahwa “hasil adalah suatu perubahan pada diri individu”. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.Sementara itu, Arikunto (2010:8), mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati,dan dapat diukur”.
Dari kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Winkel (2005:151) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar ada 5 aspek, yaitu :
1. Pribadi siswa mencakup taraf intelegensi, daya kreatifitas dan minat dalam belajar.
2. Pribadi guru, mencakup sikap kepribadian, daya kreatifitas, motivasi kerja, dan penguasaan materi.
3. Hubungan dan status sosial, mencakup hubungan sosial antara siswa, hubungan guru dan siswa an suasana dalam kelas.
4. Sekolah sebagai institusi penidikan mencakup disiplin sekolah
5. Faktor situasional, mencakup keadaan sosial ekonomi, keadaan sosial politik dan ketentuan-ketentuan dari beberapa instansi yang berwenang terhadap pengelolaan pendidikan sekolah.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian adalah suatu rangkaian yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah. 

A.    Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas (classroom action research) dengan dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi mengikuti pola Kemmis dan Taggart. Secara umum alur pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

B.   Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan
Peneliti adalah guru sekolah yang mengajar di kelas yang akan dijadikan subjek penelitian tindakan kelas. Peneliti sekaligus guru pengajar mencoba untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam kelas
C.   Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Sekolah ini berada di Jalan Raya Ngelom No. 86 Sepanjang Sidoarjo. Subyek penelitian yang diambil adalah kelas XII IPS 3. Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil 2013/2014 selama 3 bulan yaitu antara bulan Oktober – Desember 2013.

D.    Subjek Penelitian

Penelitian ini memiliki subjek yang diteliti. Adapun subjek penelitian ini adalah kelompok siswa kelas XII IPS 3. Kelas ini berjumlah 49 orang, terdiri dari 29 perempuan dan 20 laki-laki.
E.   Data dan Sumber Data
Berdasarkan pengambilan sampel, sumber data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Data Primer
     Data  yang  dihasilkan  untuk  memenuhi  kebutuhan kajian  yang  sedang  ditangani. Data  ini  dikumpulkan  secara  langsung  dari  lapangan.
2.    Data Sekunder
     Data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber pertama, misalnya diperoleh dari hasil penelitian yang sejenis, literatur maupun dokumentasi.
            Adapun data hasil belajar sebelum proses tindakan yaitu:
Tabel 3. Hasil Belajar Sebelum Tindakan
No.
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
1
ABDUL GOFUR
68
YUNITA PUTRI ASTUTI
72
2
ACH. NAUFAL ALI
68
ABU RIZAL BAKHRI
54
3
ACHMAD DWI AFANDI
62
ASRI HARTATIK
72
4
AHMAT ZAMRUDDIN
62
DEVINA EKA MURDIANA
56
5
DESI RIZKIYAH ANGGERAINI
68
EFRILLIA WULANSARI
62
6
DEWI KHALIMATUL A
62
EL SAFINAH ALISTA
72
7
EKA SAKSITA RESMI
64
ERLIN WIDYANINGRUM
72
8
FAJAR PAMBUDI ARIEF
62
ESA ANISA
84
9
JANUAR AKSWIN
62
FARADILA ISTI'ANAH
60
10
LUTHFIANA MUYASSAROH
64
FIKRY AJI W
76
11
M. ARSYAD ABDILLAH
64
GRENDIS NURDIANA SAFITRI
68
12
M. FUAD HASAN
70
M. AGIL DEWANTORO
80
13
M. SHOFYAN FADLI
68
M. BAGUS FADLILLAH
48
14
MEI SERLIANI
60
M. FAKHRUDIN H
74
15
MISBAKHUL MUNIR
68
M. HAFIZ HAKAM
56
16
NANDA DIAN RARA
52
M. YOGI P
80
17
NIKMAHTUL MAULIDIYAH
72
NINDY PUTRI PRATIWI
70
18
NURUL HIDAYATI
68
QURROTUL A'YUNI
74
19
PUTRI HIKMA RACHMA DKR
66
RARA DINA CHALIDAH
70
20
ROHMATUL UMMAH
74
SITI CHALIMAH
64
21
SANDRA NUR DIYANA
40
ARDIANSYAH
80
22
SITI AMAROTUL INSIYAH
78
ELVIN RAPUTRA
76
23
SRI KAVITA R
62
RAHMAT BUDI SANTOSO
86
24
WIDIYA INDRIYANTI
66
LIYANA DEWI SAFITRI   *
78
25
YULIANI UTAMI
68
YUNITA PUTRI ASTUTI
72
Sumber: Data primer (2012)
Dari 49 siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 9 orang atau sekitar 18,3 % dan yang tidak memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 40 orang atau sekitar 81,7 %.

F.     Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah satu cara yang diperlukan untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan yang ada dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Metode dokumentasi
2.      Metode observasi
3.      Metode angket

G.    Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa meningkat, yaitu 75 % siswa mendapatkan nilai diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 76.
1.      Sebaran Frekuensi Hasil Belajar
Untuk data dari hasil belajar dianalisis dengan menggunakan prosentase (%) dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai dengan menggunakan rumus:
P =

Keterangan:
P = Persentase
n = Jumlah nilai siswa diatas atau di bawah KKM (kriteria ketuntasan belajar)
N = Jumlah Siswa (jumlah responden)
Dari hasil perhitungan persentase yang didapat, hasil data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan hasil penelitian.
H.      Prosedur Penelitian
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum dilakukan tindakan, perlu ditempuh langkah-langkah berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran yang berisiskan langkah-langkah yang dilkaukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam tindakan yang telah direncanakan.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelasa, seperti gambar dan alat peraga.
3) Mempersiapkan cra observasi hasil beserta alatnya.
4) Melakukan simulasi bersama untuk melakukan dan mendapatkan informasi cara melakukan tindakan.
2.      Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1)       Pelaksanaan Tindakan
Setelah direncanakan dan dilaksanakan tindakan, kemudian diobservasi dan direfleksi. Bila rencana yang telah dikembangkan tidak dapat dilaksanakan, maka peneliti harus melaksanakan perencanaan kembali.
2)      Observasi
Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada saat dilakukan tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung. Data dari hasil observasi dijadikan sebagai bahan masukan dalam refleksi.
Metode observasi bisa dilakukan dengan empat cara:
a.         Observasi terbuka adalah pencatatan semua kejadian dalam kegiatan belajar mengajar.
b.          Observasi terfokus, yaitu data yang ingin diperoleh sudah sudah dituangkan dalam format tertentu, misalnya membumbuhkan tanda ”x” pada kolom yang sudah disediakan.
c.          Observasi tersetruktur, yaiut observasi yang dilakukan dengan format sederhana misalnya dengan diagram atau tally.
d.         Observasi Sistematis, yaitu observasi yang mengandalkan koding atau skala interaksi dan bertujuan untuk mencerminkan interaksi guru dan murid.
3. Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan  siklus berikutnya.
Refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan.



DAFTAR RUJUKAN

Archer, A., & Hughes, C. (2011). Explicit Instruction: Effective and Efficient
Teaching. NY: Guilford Publications.
Arends, Richard I. 2009. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan Drs.
Helly Prajitno & Dra. Sri Mulyani Soetjipto. Learning To Teach Edisi Ke-7. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., Smaldino, S.E. Instructional Media and Technologies for Learning, 7th Ed. Ohio: Merrill Prentice Hall, 2002.
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA.
Rosenshine, B. & Stevens, R. (1986). Pengajaran Fungsi. M. Wittrock (ed.). Handbook of Penelitian Pengajaran . Macmillan Publishing Co, p376-391.
Shali Dwi Qirana,dkk . 2009. Penerapan model explicit instruction dalam memenuhi kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada mata pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Cirebon Jurnal UPI Bandung
Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka Publiser.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar