PENERAPAN MODEL EXPLICIT
INSTRUCTION
DENGAN
MENGGUNAKAN PRESENTASI MULTIMEDIA INTERAKTIF
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SIG
KELAS XII IPS 3 DI SMA
WACHID HASYIM 2 TAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa (PP No. 19 Tahun 2005). Sehingga dengan proses pembelajaran yang
interaktif, inspiratif serta menyenangkan diharapkan dapat memotivasi dan
memberikan ruang untuk melatihkan berbagai kemampuan siswa.
SMA Wachid Hasyim 2 Taman
adalah suatu
lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma’arif
Sepanjang (YPM). Yayasan yang berdiri pada tahun 1964, diilhami oleh sebuah keadaan, dimana
masyarakat Nahdiyin di daerah sepanjang khususnya dan di Sidoarjo pada
umumnya merupakan masyarakat yang
mayoritas, namun dari segi kualitasnya (SDM) nya masih masih relatif tertinggal
dibandingkan dengan orang lain. Dari kenyataan ini maka tergugahlah hati
seorang tokoh NU. Yang bernama KH. M. Hasyim Latief untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan sebagai sarana mengangkat SDM masyarakat NU di daerah
tersebut.
SMA Wachid Hasyim 2 Taman memiliki visi yaitu Terselenggaranya suatu lembaga
pendidikan yang bernapaskan Islam menurut faham ahlusunnah wal jama’ah dan berwawasan
kebangsaan yang dikelola secara modern dan profesional. Visi tersebut harus
dikembangkan sejalan dengan proses pembelajaran dan pendidikan didalamnya.
Karakteristik siswa SMA Wachid Hasyim 2 Taman
berasal dari berbagai golongan yaitu mulai dari tingkat kemampuan keagamaan
tinggi maupun rendah, tingkat ekonomi tinggi hingga ekonomi kebawah, dan
kualitas sumber daya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan pluralistik pada
karakteristik siswa SMA Wachid Hasyim 2 Taman.
Berdasarkan hasil
studi pendahuluan melalui observasi terhadap kelas XI IPS di SMA Wachid Hasyim
2 Taman dalam mata pelajaran Geografi, terdapat satu kelas yaitu XI IPS 3 yang
pada waktu mid tes sebagian besar memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) hampir 50 %. Telah diidentifikasi masalah yang menjadi penyebab
antara lain penurunan
gairah belajar siswa, penurunan motivasi
belajar siswa, penurunan minat membaca siswa, penurunan minat siswa mengerjakan latihan soal, ketidakpahaman siswa
pasca belajar dalam proses pembelajaran, ketidakpahaman siswa pasca belajar dalam
mengerjakan soal,dan penurunan prestasi belajar siswa.
Dari identifikasi
masalah diatas, ada yang paling utama menurut peneliti sekaligus sebagai guru
pengajar di kelas yaitu siswa memiliki kesulitan dalam
menjawab soal karena rendahnya motivasi belajar siswa sehingga pada saat Mid tes nilainya jelek. Sebaran nilai Mid Tes kelas XI IPS 3 terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Sebaran Nilai Mid Tes kelas XI IPS 3
Rentang Nilai
Mid
|
Jumlah Siswa
|
Kategori
|
≥ 76
|
9 orang
|
Tuntas Belajar
|
< 76
|
40 orang
|
Tidak Tuntas Belajar
|
Dari 49 siswa yang
memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 9 orang atau sekitar 18,3 % dan yang tidak
memenuhi nilai KKM sebesar 76 adalah 40 orang atau sekitar 81,7 %. Hal ini menunjukkan
rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga cenderung masih
bersifat teacher center. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam
proses pembelajaran. Hal ini dirasakan oleh peneliti sebagai guru pengajar di
kelas, dengan metode ceramah makin memperburuk motivasi belajar siswa. Siswa
menjadi tidak bergairah dalam belajar sehingga terkadang siswa tidak dapat
menjawab pertanyan pada soal bila soal tersebut tidak ada di buku paket.
Menurut Uzer Usman (2008), Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi
anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa
dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul
dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik).
Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang
tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi
belajar anak.. Fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa ketika ada permasalahan tentang rendahnya
motivasi belajar siswa, guru dan orang tua terkesan tidak mau peduli terhadap
hal itu, guru membiarkan siswa malas belajar dan orang tua pun tidak peduli
dengan kondisi belajar anak. Maka untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa
orang tua dan guru perlu mengetahui penyebab rendahnya motivasi belajar siswa
dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Rendahnya motivasi belajar siswa
akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Raymond J.W dan Judith (2004)
mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar,
pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal
yang negatif seperti minum obat- obatan terlarang,
pergaulan bebas dan lainnya. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak
menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton
televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya.
Untuk menghadapi permasalahan tersebut,
maka perlu sebuah solusi atau alternatif model pembelajaran. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah Explicit Instruction atau pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan cara
belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah (Rosenshina dan Stevens, 1986).
Model pembelajaran tersebut akan diterapkan bersamaan dengan teknik presentasi pembelajaran menggunakan
multimedia interaktif. Penerapan multimedia interaktif dalam pendidikan, bisa merealisasikan
suatu konsep “teaching less learning more”. Artinya secara fisik bisa
saja kegiatan guru di kelas dikurangi, karena ada sebagian tugas guru yang
didelegasikan pada media, namun tetap mendorong tercapainya hasil belajar
siswa. Pengurangan kegiatan fisik guru antara lain penjelasan materi secara
manual atau menggunakan metode ceramah. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
tradisional dapat digantikan dengan pembelajaran berbasis teknologi atau
digital karena menyesuaikan tuntutan zaman.
Selain peserta didik diharapkan
untuk meningkatkan motivasi belajar dan juga memperoleh
kesempatan untuk berkreatif, inovatif serta interaktif dalam pembelajaran yang
baru.
Melihat kondisi diatas, maka urgen sekali penggunaan Model Explicit Instruction dengan penerapan multimedia interaktif untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas XI IPS 3 di SMA Wachid Hasyim 2 Taman.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana penggunaan
Model Explicit Instruction dengan penerapan multimedia interaktif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPS 3 di SMA Wachid Hasyim 2 Taman?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 3
di SMA Wachid Hasyim 2 Taman yaitu menggunakan Model Explicit
Instruction dengan penerapan multimedia
interaktif.
D.
Manfaat Penelitian
Secara umum, hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas
pembelajaran dikelas. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat
mempunyai kontribusi terhadap siswa, guru, dan pengguna lain dalam dunia
pendidikan.
1. Siswa
a. Siswa lebih aktif, kreatif memiliki kemauan untuk
meningkatkan motivasi belajarnya
b. Siswa dapat memperluas kegiatan belajarnya di
dalam maupun di luar kelas
2. Guru
a. Guru lebih profesional dalam menjalankan tugas
mengajar untuk merangsang minat siswa dan melibatkan secara utuh dalam proses
pembelajaran.
b. Guru dapat lebih aktif dan kreatif menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
E.
Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru di kelas.
2. Multimedia interaktif adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data,
media ini dapat audio ( suara, musik ), animasi, video, teks, grafik, dan
gambar yang disajikan secara
interaktif antara pengguna dan media.
3.
Hasil belajar
adalah .....
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Model Explicit Instruction
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran.
”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau
hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide,
keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan
cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan
pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:41) “model pembelajaran explicit
instruction adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola selangkah demi selangkah”. Model Pembelajaran explicit instruction atau
pengajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah. Model explicit instruction merupakan suatu
pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan
dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan
mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung. Apabila guru menggunakan
model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap
penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa,
pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan
kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang
telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Tujuan model pembelajaran explicit instruction agar siswa dapat memahami serta
benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu
pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas
dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir
siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
Menurut Kardi dan Nur
(dalam Trianto, 2009:43) sintaks model pembelajaran explicit instruction disajikan dalam lima tahap seperti tampak pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1. Langkah–langkah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction
Fase
|
Peran Guru
|
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa.
|
Guru
menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
|
Fase 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan.
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap.
|
Fase 3
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
|
Fase 4
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik.
|
Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
|
Fase 5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan
sehari-hari.
|
Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Explicit Instruction
No
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1.
|
Siswa
benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
|
Memerlukan
waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
|
2.
|
Semua siswa
aktif atau terlibat dalam pembelajaran.
|
Untuk mata
pelajaran tertentu.
|
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya prosedural,
langkah demi langkah bertahap. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
B.
Multimedia
Interaktif
Istilah multimedia berasal dari
teater bukan komputer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium
atau media seringkali disebut pertunjukan multimedia. Multimedia mencakup
monitor video, dan karya seni manusia sebagai bahan dari pertunjukan. Menurut
Suyanto (2005) Multimedia
adalah kombinasi antara komputer dan video. Secara umum multimedia kombinasi
tiga elemen, yaitu gambar, text dan suara atau multimedia adalah kombinasi dari
paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat audio (
suara, musik ), animasi, video, teks, grafik, dan gambar.
Multimedia memaksimalkan pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan
teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan
link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi,
berkreasi, dan berkomunikasi (Arsyad, 2007). Multimedia
interaktif merupakan kombinasi berbagai media dari komputer, video, audio,
gambar dan teks. Berdasarkan definisi Hofstetter (2001), multimedia interaktif adalah pemanfaatan
komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak ( video dan
animasi )menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat sehingga
memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navigasi, berinteraksi,
berkreasi, dan berkomunikasi”.
Heinich, Molenda, & Russel (2002) mengemukakan klasifikasi media
yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak
diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5)
Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.
Dalam sebuah proses belajar mengajar,
terdapat beberapa komponen pengajaran yang harus berperan serta demi
tercapainya sebuah tujuan pembelajaran, dimana tujuan pembelajaran itu sendiri
sebenarnya adalah keberhasilan belajar siswa dalam sebuah mata pelajaran
tertentu maupun dalam pendidikan pada umumnya (Krismanto,2003). Siswa sebagai inti dari proses belajar mengajar, harus dilibatkan dalam
semua fase pembelajaran, dan merupakan tugas seorang guru untuk mengaktifkan
siswa serta memberikan pengalaman belajar yang dinamis dan bermakna. Salah satu
cara untuk mendorong tercapainya pembelajaran yang efektif, digunakanlah alat
bantu belajar atau yang biasa disebut media.
Menurut Chusnul Chotimah
(2008) bahwa untuk hasil optimal dalam pembelajaran harus menyenangkan dan
merangsang imajinasi serta kreativitas siswa.
C. Hasil Belajar Siswa
Model explicit
instruction bertumpu pada prinsip psikologi perilaku dan teori belajar
sosial, khususnya tentang permodelan (modelling).
Belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu permodelan,
yaitu meniru perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Proses belajar mengajar
dan hasil belajar merupakan dua hal yang berkaitan. Djamarah (2006:11)
menyatakan proses belajar diartikan “sebagai proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan”. Artinya bahwa tujuan kegiatan belajar adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap ke
arah yang lebih baik melalui belajar. Yang terjadi di dalam diri seseorang
setelah berakhir melakukan aktivitas belajar. Sehingga perubahan yang terjadi
ini merupakan hasil proses belajar.
Hasil belajar terdiri dari dua kata
yaitu : hasil dan belajar. Hasil merupakan akibat yang ditimbulkan dari proses
kegiatan sedangkan belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan
perilaku, pribadi, dan pengetahuan. Tingkat kemampuan dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya atau sering disebut hasil
belajar. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan
tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang,
karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi
belajar dalam diri orang tersebut.
Kardi (dalam Uno dan
Nurdin 2011 :141) mengemukakan bahwa “hasil adalah suatu perubahan pada diri
individu”. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi
juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada
individu tersebut.Sementara itu, Arikunto (2010:8), mengatakan bahwa “hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu
tampak dalam perbuatan yang dapat diamati,dan dapat diukur”.
Dari kutipan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan
memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil
belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan
hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan,
kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang
belajar.
Winkel (2005:151)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar ada 5 aspek,
yaitu :
1. Pribadi siswa
mencakup taraf intelegensi, daya kreatifitas dan minat dalam belajar.
2. Pribadi guru,
mencakup sikap kepribadian, daya kreatifitas, motivasi kerja, dan penguasaan
materi.
3. Hubungan dan
status sosial, mencakup hubungan sosial antara siswa, hubungan guru dan siswa
an suasana dalam kelas.
4. Sekolah
sebagai institusi penidikan mencakup disiplin sekolah
5. Faktor
situasional, mencakup keadaan sosial ekonomi, keadaan sosial politik dan
ketentuan-ketentuan dari beberapa instansi yang berwenang terhadap pengelolaan
pendidikan sekolah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian adalah suatu rangkaian yang
dilakukan secara sistematis dan terencana untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan masalah.
A.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas (classroom action research) dengan dua
siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi mengikuti pola Kemmis dan Taggart. Secara
umum alur pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan
Peneliti
adalah guru sekolah yang mengajar di kelas yang akan dijadikan subjek
penelitian tindakan kelas. Peneliti sekaligus guru pengajar mencoba untuk
memecahkan permasalahan yang ada di dalam kelas
C. Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Sekolah ini berada di Jalan Raya Ngelom No. 86
Sepanjang Sidoarjo. Subyek penelitian yang diambil
adalah kelas XII IPS 3. Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang terjadi dalam proses
belajar mengajar. Penelitian ini
dilakukan pada semester ganjil 2013/2014 selama 3 bulan yaitu antara bulan
Oktober – Desember 2013.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini memiliki subjek
yang diteliti. Adapun subjek penelitian ini adalah kelompok siswa kelas XII IPS 3. Kelas ini
berjumlah 49 orang, terdiri dari 29 perempuan dan 20 laki-laki.
E. Data dan Sumber Data
Berdasarkan pengambilan sampel, sumber data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Data Primer
Data yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan kajian yang
sedang ditangani. Data ini
dikumpulkan secara langsung
dari lapangan.
2.
Data Sekunder
Data yang diperoleh
secara tidak langsung dari sumber pertama, misalnya diperoleh dari hasil
penelitian yang sejenis, literatur maupun dokumentasi.
Adapun
data hasil belajar sebelum proses tindakan yaitu:
Tabel 3. Hasil Belajar Sebelum Tindakan
No.
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
1
|
ABDUL GOFUR
|
68
|
YUNITA PUTRI ASTUTI
|
72
|
2
|
ACH. NAUFAL ALI
|
68
|
ABU RIZAL BAKHRI
|
54
|
3
|
ACHMAD DWI AFANDI
|
62
|
ASRI HARTATIK
|
72
|
4
|
AHMAT ZAMRUDDIN
|
62
|
DEVINA EKA MURDIANA
|
56
|
5
|
DESI RIZKIYAH ANGGERAINI
|
68
|
EFRILLIA WULANSARI
|
62
|
6
|
DEWI KHALIMATUL A
|
62
|
EL SAFINAH ALISTA
|
72
|
7
|
EKA SAKSITA RESMI
|
64
|
ERLIN WIDYANINGRUM
|
72
|
8
|
FAJAR PAMBUDI ARIEF
|
62
|
ESA ANISA
|
84
|
9
|
JANUAR AKSWIN
|
62
|
FARADILA ISTI'ANAH
|
60
|
10
|
LUTHFIANA MUYASSAROH
|
64
|
FIKRY AJI W
|
76
|
11
|
M. ARSYAD ABDILLAH
|
64
|
GRENDIS NURDIANA SAFITRI
|
68
|
12
|
M. FUAD HASAN
|
70
|
M. AGIL DEWANTORO
|
80
|
13
|
M. SHOFYAN FADLI
|
68
|
M. BAGUS FADLILLAH
|
48
|
14
|
MEI SERLIANI
|
60
|
M. FAKHRUDIN H
|
74
|
15
|
MISBAKHUL MUNIR
|
68
|
M. HAFIZ HAKAM
|
56
|
16
|
NANDA DIAN RARA
|
52
|
M. YOGI P
|
80
|
17
|
NIKMAHTUL MAULIDIYAH
|
72
|
NINDY PUTRI PRATIWI
|
70
|
18
|
NURUL HIDAYATI
|
68
|
QURROTUL A'YUNI
|
74
|
19
|
PUTRI HIKMA RACHMA DKR
|
66
|
RARA DINA CHALIDAH
|
70
|
20
|
ROHMATUL UMMAH
|
74
|
SITI CHALIMAH
|
64
|
21
|
SANDRA NUR DIYANA
|
40
|
ARDIANSYAH
|
80
|
22
|
SITI AMAROTUL INSIYAH
|
78
|
ELVIN RAPUTRA
|
76
|
23
|
SRI KAVITA R
|
62
|
RAHMAT BUDI SANTOSO
|
86
|
24
|
WIDIYA INDRIYANTI
|
66
|
LIYANA DEWI SAFITRI *
|
78
|
25
|
YULIANI UTAMI
|
68
|
YUNITA PUTRI ASTUTI
|
72
|
Sumber: Data primer (2012)
Dari 49 siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 76
adalah 9 orang atau sekitar 18,3 % dan yang tidak memenuhi nilai KKM sebesar 76
adalah 40 orang atau sekitar 81,7 %.
F. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah satu cara yang diperlukan untuk
mencari dan mengumpulkan data atau keterangan yang ada dalam penelitian. Untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1.
Metode dokumentasi
2.
Metode observasi
3.
Metode angket
G.
Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa meningkat, yaitu 75 %
siswa mendapatkan nilai diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 76.
1.
Sebaran
Frekuensi Hasil Belajar
Untuk data dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan prosentase (%) dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai dengan
menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = Persentase
n = Jumlah nilai siswa diatas atau di bawah KKM (kriteria ketuntasan belajar)
N = Jumlah Siswa
(jumlah responden)
Dari hasil perhitungan persentase yang
didapat, hasil data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan hasil penelitian.
H. Prosedur
Penelitian
1. Persiapan Tindakan
Sebelum dilakukan
tindakan, perlu ditempuh langkah-langkah berikut:
1) Membuat skenario
pembelajaran yang berisiskan langkah-langkah yang dilkaukan guru dan apa yang
dilakukan siswa dalam tindakan yang telah direncanakan.
2) Mempersiapkan fasilitas
dan sarana pendukung yang diperlukan di kelasa, seperti gambar dan alat peraga.
3) Mempersiapkan
cra observasi hasil beserta alatnya.
4) Melakukan
simulasi bersama untuk melakukan dan mendapatkan informasi cara melakukan
tindakan.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1)
Pelaksanaan Tindakan
Setelah direncanakan
dan dilaksanakan tindakan, kemudian diobservasi dan direfleksi. Bila rencana
yang telah dikembangkan tidak dapat dilaksanakan, maka peneliti harus
melaksanakan perencanaan kembali.
2)
Observasi
Observasi adalah upaya
mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Pada saat dilakukan tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan
tentang segala sesuatu yang terjadi
selama proses
pembelajaran berlangsung. Data dari hasil observasi dijadikan sebagai bahan
masukan dalam refleksi.
Metode observasi bisa
dilakukan dengan empat cara:
a.
Observasi terbuka
adalah pencatatan semua kejadian dalam kegiatan belajar mengajar.
b.
Observasi terfokus, yaitu data yang ingin diperoleh
sudah sudah dituangkan dalam format tertentu, misalnya membumbuhkan tanda ”x”
pada kolom yang sudah disediakan.
c.
Observasi tersetruktur, yaiut observasi yang
dilakukan dengan format sederhana misalnya dengan diagram atau tally.
d.
Observasi Sistematis, yaitu observasi yang mengandalkan
koding atau skala interaksi dan bertujuan untuk mencerminkan interaksi guru dan
murid.
3. Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis,
memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti
empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka
konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan
tindakan siklus berikutnya.
Refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh
masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan
keragaman instrumen observasi yang digunakan.
DAFTAR
RUJUKAN
Archer, A., &
Hughes, C. (2011). Explicit Instruction:
Effective and Efficient
Teaching. NY: Guilford
Publications.
Arends, Richard I. 2009.
Belajar Untuk Mengajar.
Terjemahan Drs.
Helly Prajitno & Dra. Sri Mulyani
Soetjipto. Learning To Teach Edisi Ke-7. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar
Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Heinich, R., Molenda, M., Russell,
J.D., Smaldino, S.E. Instructional Media and Technologies for Learning, 7th
Ed. Ohio: Merrill Prentice Hall, 2002.
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran
Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA.
Rosenshine, B. &
Stevens, R. (1986). Pengajaran
Fungsi. M. Wittrock (ed.). Handbook of Penelitian Pengajaran . Macmillan
Publishing Co, p376-391.
Shali Dwi Qirana,dkk . 2009. Penerapan model explicit
instruction dalam memenuhi kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada mata
pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian Tindakan Kelas Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Cirebon Jurnal UPI Bandung
Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka Publiser.
Udin S. Winataputra. 2003.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar