Peta Interaktif

logo Click Here to Close ↗


Welcome to the MapMaker Interactive

This tutorial explains how to explore National Geographic Education's interactive GIS mapping tool and tools for customizing outline maps for print.

zoom

Use the zoom bar to go from a world view to a local view (or in cartographic terms, from a large scale to a small scale). If you zoom out to a world view, you will see that the map is in a Mercator projection.

region menus

Use the location menus at the top to zoom from a world view to a continent, country, or other region.

lat/lon

Identify your geographic position on the map using the latitude and longitude display at the bottom left. The latitude and longitude values change as you pan around the map.

tabs

Switch between different styles of base maps including a custom layer from National Geographic, satellite, terrain, and topographic views.

outline map

Using the 1-Page base map, click on a continent, country, or state to load the corresponding MapMaker 1-Page map.

outline map

You can customize and download your 1-Page map, or go back to the interactive map to explore more.

tabs

The tabs on the left offer different tools for working with the map: themes, drawing tools, and markers. Open and close the tabs by clicking the arrows.

themes

Open the Themes tab to explore a collection of map data layers.

map key

When you are viewing a map layer, click on the information icon to view the map legend.

transparency

Use the transparency scroll bar to change the transparency of map layers. This is a useful tool when you are viewing more than one layer at a time and want to explore relationships between layers.

unavailable layers

Notice that not all layers can be viewed at every zoom level. Some map layers will become unavailable when you zoom in to a large scale.

drawing tools

Use the Drawing Tools tab to access tools that allow you to draw lines and shapes and add labels to your map.

markers

Use the Markers tab to find markers that you can drag and drop on the map. You can adjust the marker size to meet your needs.

measure tool

The measure tool lets you measure distances on the map in either miles or kilometers. Select the tool, click once on the map and move your mouse. Click again and the distance value will appear along your line segment. Keep clicking and panning to measure additional segments and the total distance will display at the end of your line, by the cursor. Double-click to finish and select the arrow tool when you are done measuring.

full screen

Click on the the icon at the bottom right to view the interactive map in full-screen mode.

pop-out mode

Or click the other icon to see the map in a new web browser window.

share tools

The share tools above the map let you email, link, print, or share any map you create.

download

You can download your map as either an image file to include in a report or presentation or as an XML file that you can re-open. The XML file type is helpful if you are creating a custom map and want to come back to it to work on later.

re-open 1

To re-open a map that you save as an XML file, click Re-Open a Map

re-open 2

Then find the saved file on your computer, select, and open. Now you can continue working on your map.

logo Click Here to Close ↗

Now go explore the map to fine tune your skills as a geographer!

Selasa, 24 Desember 2013

PEDOSFIR

Pedosfir merupakan kulit terluar litosfer yang terdiri atas tanah dan batuan induk pembentuk tanah. Tanah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Ada tanah yang cocok digunakan untuk pertanian, ada pula yang tidak mendukung pertanian. Berbagai macam pemanfaatan tersebut sangat tergantung pada ciri dan sifat tanah. Sifat dan ciri tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor dan proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat  simpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim.


Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
                                                           Keterangan:
                                      T  = Tanah      f = faktor   
                                                              i = iklim                                                                                                                                                    
                                                             o = organisme
                                                             b = bahan induk 
                                                              t = topografi
                                                             w = waktu
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
      1) Suhu/Temperatur
       Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan                      bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat,
      2) Curah Hujan
      Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
   1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik            maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
   2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan rantingranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/ mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
   3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
   4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

c. Bahan Induk
    Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
    Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak  engandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
      1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
      Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi. Nah, sekarang coba deskripsikan kondisi tanah yang terdapat di pantai, pegunungan vulkan, dan pegunungan kapur dengan mengisi tabel seperti contoh berikut ini.
No
Bentang lahan
Deskripsi Tanah
1
2
3
Pantai
Pegunungan vulkan
Pegunungan kapur
………
………
……….

      2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang
menyebabkan tanahnya menjadi asam.
 e. Waktu
      Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
      Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B.Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan humusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
     Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.

Ciri Fisik Tanah

      Komposisi tanah beraneka ragam, mengakibatkan tanah memiliki sifat fisika, kimia, dan sifat biologi yang beragam.
Sifat fisik tanah meliputi:
        •   Tekstur                       (Texture)
        •   Struktur                      (Structure)
        •   Kerapatan                 (Density)
        •   Konsistensi               (Consistency)
        •   Porositas                   (Porosity)
        •   Warna                                    (Color)
        • Temperatur                 (Temperature)

Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi: pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman.  Sebab, sifat fisik tanah menentukan:
        •   Retensi/penahanan air          mobilitas air dalam tanah
        •   Drainase
        •   Aerasi/pengudaraan tanah    ketersediaan O2
        •   Nutrisi tanaman

Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah.
Sifat fisik tanah bergantung pada:
         •  Jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari pertikel tanah.
        •   Macam dan jumlah bahan organik tanah.
        •   Volume dan ukuran pori-porinya, serta perbandingan air: udara yang menempatinya.

Penentuan Tekstur Tanah
1. Dasar Teori
Yang dimaksud dengan tekstur tanah ialah perbandingan antara partikel-partikel pasir, debu, dan liat yang menyusun suatu tanah. Penggolongan tekstur ini didasarkan pada partikel yang berukuran lebih besar dari 2 mm dan apabila ada dalam jumlah yang cukup banyak maka pemberian nama tekstur ini ditambah dengan berkerikil atau berbatu.
Ada beberapa penggolongan atau klasifikasi partikel berdasarkan ukuran yang membatasi masing-masing partikel tersebut. Diantaranya yang dapat dikemukakan disini adalah sistim Internasional (Tabel 2.1) dan sistim USDA (United States Department of Agriculture) (Tabel 2.2).
Tabel 2.1 Penggolongan partikel tanah menurut sistem Internasional Fraksi
Diameter (mm)
Pasir Kasar
2.00 – 0.20
Pasir Halus
0.20 – 0.02
Debu
0.02 – 0.002
Liat
Kurang dari 0.002


Penentuan struktur tanah
pengamatan struktur tanah sebaiknya dilakukan di lapangan atau dengan mengambil contoh tanah secara utuh (tidak terganggu atau tidak berubah dari keadaan di lapangan). Pengambilan contoh ini tidak mudah dan jikalau bisa dilakukan harus dengan sangat hati-hati.
Sebagai dasar teori supaya dibaca tentang Struktur Tanah, Agregat Tanah, Proses Agregasi dan Kemantapan Agregat. Praktikum ini ditujukan untuk mengenali struktur tanah di lapangan dengan menentukan komponen penilaian secara kualitatif, meliputi bentuk agregat, ukuran agregat dan stabilitas atau kemantapan agregat. Mahasiswa diharapkan dapat memahami implikasi dari macam-macam struktur tanah terhadap berbagai hal praktis seperti: porositas tanah, aliran udara dan aliran air, kemudahan akar menembus tanah, dsb.

Konsistensi dalam Keadaan Basah
1. Kelekatan (Stickiness)
Kelekatan adalah kualitas adhesi antara material tanah dengan bahan lainnya yang ditunjukkan dengan kekuatan adhesi (kelekatan) bila material tanah ditekan antara ibu jari dan telunjuk.

Prosedur untuk Penetapan Porositas
      Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah
ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
     Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang  pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil.
Akibatnya adalah atanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.

Prosedur untuk penetapan Warna Tanah
      Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).
     Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).
     Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.
     Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.

Sifat Kimia Tanah
Sifat Kimia Tanah.
Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap dan mempertukarkan ion adalah
bahan yang berada dalam bentuk koloidal, yaitu;
a. Liat dan
b. Bahan organik
Kedua bahan koloidal ini berperan langsung atau tidak langsung dalam mengatur dan menyediakan hara bagi tanaman.
Koloid tanah.
     Kolid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per satuan berat (massa). Koloid tanah yang berperan yaitu koloid anorganik (Koloid liat atau mineral) dan koloid organik (humus). Kedua koloid ini mempunyai sifat
dan ciri yang jauh berbeda. Menurut Brady (1974) koloid berukuran < 1 µ, sehingga tidak semua fraksi liat termasuk koloid. Koloid merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia di dalam tanah. 
     Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang disebut micell (microcell), umumnya bermuatan negatif, karena itu ion-ion bermuatanpositif (kation) tertarik pada koloid tersebut sehingga terbentuk lapisan ganda ion. Bagian dalam dari lapisan ganda ion ini terdiri dari partikel koloid yang bermuatan negatif (anion) sedang bagian luar merupakan kerumunan kation yang tertarik oleh partikel-partikel koloid tersebut
Koloid Liat
Ukuran fraksi liat (mineral liat) adalah kurang dari 2 mikron
sedangkan liat yang bersifat koloid berukuran < 2  µ, berarti tidak semua fraksi liat dapat dikatakan koloid. Mineral liat dalam tanah terbentuk karena :
a. Rekristalisasi sintesis dari senyawa-senyawa hasil pelapukan mineral primer atau
b. Alterasi (perubahan) langsung dari mineral primer yang telah ada (misal mika menjadi Ilit).
     Liat dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
     a. Mineral liat Al-silikat
     b. Oksida-oksida Fe dan Al
     c. Mineral–mineral primer.

Reaksi tanah ( ph tanah).
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H+) di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka semakin masam tanah tersebut.
Selain ion H+ ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+.
Pada tanah masam jumlah ion H+ > ion OH
Pada tanah Alkalis jumlah ion OH- > H+
Pada tanah netral jumlah ion H+ = OH

Pentingnya pH tanah :
a. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis unsur P difiksasi oleh Ca.
b. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, disamping memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi akar tanaman. Disamping itu pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro merupakan hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau dalam jumlah besar.
c. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri, jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan berkembang baik pada pH > 5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya.

Mengubah pH tanah :
a. pH tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan nilai pH nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan
b. Tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan nilai pH nya dengan penambahan belerang.

Kisaran pH tanah :
- Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5 – 10
- Kisaran pH tanah gambut < 3,0
- Kisaran pH tanah alkalis > 11,0
Kebanyakkan tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan dalam tanah tersebut tersedia hara yang cukup.
Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH ekstrim, dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat meracun.
Unsur hara yang dapat dipengaruhi oleh pH antara lain :
a. Kalsium dan Magnesium ditukar
b. Aluminium dan unsur mikro
c. Ketersediaan Phosphor
d. Perharaan yang berkaitan dengan aktivitas jasad mikro.

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA
(Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT)–Bogor 1982)
Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor tahun 1982 merupakan pengembangan dan modifikasi dari sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal Dan Supraptoharjo tahun 1957 dan 1961. Sistem yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo digunakan untuk keperluan survey tanah di Indonesia. Sistem ini mirip dengan sistem klasifikasi Amerika Serikat tahun 1937 serta sistem Thorp dan Smith tahun 1949. Modifikasi sistem klasifikasi tanah Indonesia juga dilakukan setelah dikeluarkannya sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO pada tahun 1974.
Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo adalah: (1) Morfologi tanah merupakan kriteria untuk pengklasifikasian tanah, (2) klasifikasi tanah dilakukan pada kategori yang berbeda-beda, (3) klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan keperluan survey tanah dan (4) dilakukannya korelasi yang sistematik dan berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah. Pada sistem klasifikasi tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19 jenis tanah di Indonesia. Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi perkembangan profil tanah, susunan horison utama, berdasarkan warna, dan sifat fisik utama tanah (tekstur) pada kedalam ± 50 cm. Kategori yang digunakan adalah (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam, (5) Rupa dan (6) Seri

Jenis tanah menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:
1. Latosol: adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH 4.5 – 5.5), terjadi akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat kemerahan hingga coklat kekuningan atau kuning. Tanah terdapat mulai dari daerah pantai hingga 900 m dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm per tahun.
2. Andosol: adalah tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah antara 4.5 – 6.5. Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Tanah ini dijumpai pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.
3. Podsolik Merah Kuning: merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masam (pH 4.2 – 4.8). Pada horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50 – 350 m dengan curah hujan antara 2500 – 3500 mm/tahun.
4. Mediteran Merah Kuning: merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat dengan struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari agam masam sampai sedikit alkalis (pH 6.0 – 7.5). Dijumpai pada daerah mulai dari muka laut sampai 400 m pada iklim tropis basah dengan bulan kering nyata dan curah hujan tahunan antara 800 – 2500 mm.
5. Regur: merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam, kadar bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai alkalis. Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk tanah dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm.
6. Podsol: merupakan tanah dengan bahan organik cukup tinggi yang terdapat diatas lapisan berpasir yang mengalami pencucian dan berawrna kelabu pucat atau terang. Dibawah horison berpasir terdapat horison iluviasi berwarna coklat tua sampai kemerahan akibat adanya iluviasi bahan organik dengan oksida besi dan alumunium. Tanah ini berkembang dari bahan induk endapan yang mengandung silika , batu pasir atau tufa volkanik masam. Tanah dijumpai mulai dari permukaan laut sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun.
7. Tanah Sawah: disebut juga sebagai ‘paddy soil’ yang mempunyai horison permukaan berwarna pucat karena terjadi reduksi Fe dan Mn akibat genangan air sawah. Senyawa Fe dan Mn akan mengendap dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan horison agak memadas. Sifat tanah sawah beragam tergantung dari bahan induk penyusunnya. Oleh sebab itu istilah tanah sawah tidak digunakan lagi pada sistem klasifikasi tanah selanjutnya.
8. Hidrosol: merupakan tanah yang banyak dipengaruhi oleh kadar air tanah. Nama Hidrosol terlalu umum maka nama ini tidak lagi digunakan. Tanah yang termasuk Hidrosol ini dapat dibedakan atas glei humus, hidromorf kelabu, planosol, glei humus rendah dan laterit air tanah. Dasar pembeda dari jenis-jenis tanah ini adalah tinggi rendahnya kadar air tanah.
9. Calcisol: merupakan nama kelompok tanah yang kaya akan kalsium. Tanah dapat dibedakan menjadi: rendzina, brown forest soil, mediteran kalsimorfik.
10. Regosol: merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas (unconsolidated) yang bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah.
11. Litosol: merupakan tanah yang dangkal yang berkembang diatas batuan keras dan belum mengalami perkembangan profil akibat dari erosi. Dijumpai pada daerah dengan lereng yang curam.
12. Aluvial: merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim.
13. Tanah Organik: merupakan tanah dengan kadar bahan organik tinggi dan lapisan gambut yang tebal. Tanah jenuh air sepanjang tahun dengan reaksi tanah masam, dranase sangat buruk dan curah hujan yang tinggi.

      Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor melakukan penyempurnaan sistem klasifikasi tanah Dudal dan Suparaptoharjo tersebut pada tahun 1982. Pada modifikasi ini terdapat pengaruh dari sistem FAO/UNESCO. Perbaikan yang dilakukan seperti tidak digunakannya warna tanah sebagai kriteria penciri pada kategori Macam. Ini dikarenakan warna tanah tidak memperlihatkan sifat lain yang nyata dari tanah. Terjadi juga perubahan nama tanah dari Regur menjadi Grumosol, Podsolik Merah Kuning menjadi Podsolik, Hidrosol dan Tanah Sawah dihilangkan dalam sistem klasifikasi tanah. Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor dikenal 20 golongan tanah yaitu:
1. Organosol: merupakan tanah yang mempunyai horison histik setebal 50 cm atau lebih dengan bulk density (berat volume) yang rendah.
2. Litosol: merupakan tanah yang dangkal yang terdapat pada batuan yang kukuh sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
3. Ranker: merupakan tanah dengan horison A umbrik dengan ketebalan 25 cm dan tidak mempunyai horison daignostik lainnya.
4. Rendzina: merupakan tanah dengan horison A molik yang terdapat diatas batu kapur dengan kadar kalsium karbonat lebih dari 40 persen.
5. Grumosol: merupakan tanah dengan kadar liat lebih dari 30 persen, bersifat mengembang jika basah dan retak-retak jika kering. Retak (crack) dengan lebar 1 cm dan dengan kedalaman retak hingga 50 cm dan dijumpai gilgai atau struktur membaji pada kedalaman antara 25 – 125 cm dari permukaan.
6. Gleisol: merupakan tanah yang memperlihatkan sifat hidromorfik pada kedalaman 0 – 50 cm dari permukaan dan dijumpai horison histik, umbrik, molik, kalsik atau gipsik.
7. Aluvial: merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk alluvial muda, terdapat stratifikasi dengan kadar C organik yang tidak teratur. Horison permukaan dapat berupa horison A okrik, horison histik atau sulfuric.
8. Regosol: merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60 persen pada kedalaman antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah.
9. Koluvial: merupakan tanah yang tidak bertekstur kasar dari bahan albik, tidak mempunyai horison diagnostik lainnya kecuali horison A umbrik, histik atau sulfurik.
10. Arenosol: merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman kurang dari 50 cm dari permukaan tanah dan hanya mempunyai horison A okrik.
11. Andosol: merupakan tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah antara 4.5 – 6.5. Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Horison A dapat terdiri dari molik atau umbrik yang terdapat diatas horison kambik. Cri lainnya adalah BV rendah (< 85 g/cm3) dan kompleks pertukaran didominasi oleh bahan amorf. Tanah ini dijumpai pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.
12. Latosol: merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi (>60%), KB < 50%, horison A umbrik dan horison B kambik.
13. Brunizem: merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi (>60%), gembur, KB > 50%, horison A molik dan horison B kambik.
14. Kambisol: merupakan tanah yang mempunyai horison B kambik dan horison A umbrik atau molik, tidak terdapat gejala hidromorfik.
15. Nitosol: merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik dengan penurunan liat kurang dari 20% terhadap liat maksimum, tidak ada plintit, tidak mempunyai sifat vertik tetapi mempunyai sifat ortoksik (KTK dengan amoniumasetat < 24 cmpl/kg liat).
16. Podsolik: merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik, kejenuhan basa < 50% dan tidak mempunyai horison albik.
17. Mediteran: merupakan tanah yang mempunyai horison argilik dengan kejenuhan basa > 50% dan tidak mempunyai horison albik.
18. Planosol: merupakan tanah yang mempunyai horisol E albik yang terletak diatas horison argilik atau natrik, perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan di dalam kedalam 125 cm. Pada horison E albik dijumpai cirri hidromorfik.
19. Podsol: merupakan tanah yang mempunyai horison B spodik.
20. Oksisol: merupakan tanah yang mempunyai horison B oksik.

A.       Erosi dan dampaknya
·         Pengertian
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami.
·         Faktor yang mempengaruhi erosi ; iklim (i), relief (r), vegetasi (v), tanah/batuan (t), manusia (m)
·         Bentuk-bentuk erosi
1)       Erosi geologi adalah erosi yang terjadi secara alami pada tanah yang masih tertutup vegetasi secara alami dan biasanya berjalan sangat lambat
2)       Erosi dipercepat adalah erosi yang diakibatkan oleh pengaruh aktivitas manusia dengan membuang sebagian vegetasi maupun seluruhnya. Erosi ini dapat berupa ;
Ø  Erosi percik
Ø  Erosi lembar (sheet erotion)
Ø  Erosi alur (nil erotion)
Ø  Erosi gully ( erosi parit )
·         Dampak dari erosi
1)       Dampak erosi di tempat terjadinya erosi
Ø  Kehilangan lapisan atas (top soil) pada tanah
Ø  Kehilangan unsur hara
Ø  Penurunan produksi tanah
Ø  Kemiskinan petani
Ø  Kerusakan bangunan
2)       Dampak erosi di luar terjadinya erosi
Ø  Pendangkalan sungai, saluran drainase dan waduk
Ø  Tertimbunnya lahan pertanian, jalan,dan bangunan
Ø  Hilangnya mata air dan memburuknya kualitas air
Ø  Kerusakan ekosistem perairan
B.       Usaha mengurangi erosi tanah
Pengendalian erosi (konservasi tanah) dapat dilakukan melalui 3 metode
1)       Metode vegetatif
Ø  Pembenaman sisa-sisa tumbuhan penutup tanah
Ø  Penanaman tumbuhan penutup tanah
Ø  Pergiliran tanaman
Ø  Menanam tumbuhan dalam jalur (strip cropping)
Ø  Menanam tumbuhan penguat teras (buffering)
Ø  Windbreaks ; penanaman tumbuhan secara permanent untuk melindungi tanah dari tiupan angin
2)       Metode mekanis
Ø  Pembuatan teras-teras di pegunungan
Ø  Contour tillage (cara pengolahan tanah sejajar dengan kontur dan membentuk igir-igir kecil untuk memperlambat aliran air dan memperbesar infiltrasi)
Ø  Pembuatan dam penahan
3)       Metode kimia ; bertujuan memperbaiki struktur tanah
(soilConditioner)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar