Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet,
termasuk bumi,
dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa.
CIRI – CIRI LAPISAN ATMOSFER
Troposfer (0-8 km”kutub”, 0-16 km”equator” )
Lapisan ini berada pada
level yang paling rendah, di mana campuran gas-gasnya adalah yang paling ideal
untuk menopang kehidupan di bumi. Di lapisan ini kehidupan juga terlindung dari
sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan
dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang
lebih 16 kilometer dari permukaan tanah). Di dalam lapisan ini, hampir semua
jenis cuaca, perubahan suhu yang
mendadak, angin tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari
terjadi.
Ketinggian yang
paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan
bumi menyerap radiasi panas dari gelombang pendek matahari dan
menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, maka suhu
udara akan berkurang secara tunak (steady), Nilainya berkisar antara 0,5 dan 10 C
tiap naik 100 meter . Namun topografi di permukaan bumi,
seperti pegunungan dan plato (dataran tinggi) dapat menyebabkan anomali
terhadap gradien suhu tersebut.
Stratosfer
(18 – 50 km)
Perubahan secara bertahap dari
troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan
stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu - 70oF atau sekitar -
57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang
terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Awan tinggi jenis cirrus
kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang
signifikan yang terjadi pada lapisan ini.
Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada
lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC
pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer
dengan lapisan berikutnya.
Mesosfer
(50 – 80 km)
Kurang lebih 25 mil atau 50km diatas permukaan
bumi terdapat lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu
kembali turun ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari
lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini
memungkinkan terjadi awan noctilucent,
yang terbentuk dari kristal es. Pada lapisan ini sering kali terjadi meteor terbakar.
Termosfer
/ ionosfer (80-800 km)
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai
pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan
temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena
serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga
membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat
memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini
berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Fenomena aurora yang dikenal juga dengan
cahaya utara atau cahaya selatan terjadi disini. Pada ketinggian 80-400 km,
lapisan ini disebut juga lapisan E atau
Appleton. Sedangkan pada 400-800 km disebut lapisan F atau kennely.
Eksosfer
(800-1000 km)
Lapisan ini paling atas berdekatan dengan
ruang hampa udara. Biasanya tempat satelit buatan mengorbit.
CUACA DAN IKLIM
A. Pengertian
Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada
saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu
yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu
cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore
hari, dan keadaannya bisa berbeda beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya.
Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam
melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG). Untuk negara negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah
diumumkan setiap jam dan sangat akurat (tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca
rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu
yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Matahari adalah
kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan
gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat
dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan
badai. Perlu Anda ketahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi,
sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut Meteorologi.
UNSUR-UNSUR CUACA DAN
IKLIM
Ada beberapa unsur yang
mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara
dan curah hujan.
semacam ini disebut gradient
temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse
rate adalah 0-10C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya suhu udara suatu daerah adalah:
2. Tekanan Udara
Bidang isobar ialah
bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan udara sama. Jadi perbedaan
suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang banyak menerima
panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah
tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi
sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
b. Arah Angin
Angin passat adalah angin
bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator
(khatulistiwa). Angin yang terjadi akibat perbedaan tekanan
udara yang menyebabkan adanya aliran konvergen maupun divergen sehingga
membentuk pusaran keluar atau masuk. Siklon lebih sering didengar badai
tropis(10-20 LU/LS) maupun ekstratropis (20-40 LU/LS) karena letak pada lintang
yang berbeda. Angin ini bisa menimbulkan hurricane/ tornado / taifun di perairan maupun daratan.
3. Kelembaban
Udara
b. Berdasarkan ketinggiannya
1. Iklim Matahari
Pembagian iklim ini
disesuaikan dengan batas kehidupan tumbuh-tumbuhan dan sebagai batas daerah
iklimnya dipergunakan garis isotherm pada bulan terpanas dan terdingin selama
satu tahun.
Pembagian daerah iklim tersebut
adalah:
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah
keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut
thermometer. Biasanya
pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung,
suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa
tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o
C. Penurunan suhu
a. Lama
penyinaran matahari.
b. Sudut datang
sinar matahari.
c. Relief
permukaan bumi.
d. Banyak
sedikitnya awan.
e. Perbedaan
letak lintang.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata
suatu tempat digunakan rumus:
Keterangan:
Tx = temperatur
rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur
suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat
(x)
Matahari merupakan sumber panas.
Pemanasan udara dapat terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan
langsung dan pemanasan tidak langsung.
a. Pemanasan secara langsung
Pemanasan
secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai berikut:
1)
Proses absorbsi
adalah
penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama, sinar-X, dan
ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah
oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi
adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi
dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan
partikel-partikel lain di atmosfer.
3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang
pendek biru dan lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan
langit berwarna biru.
b. Pemanasan tidak
langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara
berikut:
1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada
lapisan udara bagian bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas
pada lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara
vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang
horizontal (mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang
tidak teratur dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang
dipantulkan kembali ke atmosfer.
Rata-rata suhu tahunan, di Indonesia sekitar 26,8o C.
Dalam peta, daerah daerah yang suhu udaranya sama dihubungkan dengan garis
isotherm.
Fluktuasi temperatur harian minimal terjadi
pada pukul 06.00 – 07.00, sedangkan temperatur hatian maksimum terjadi pada
pukul 15.00 – 16.00.
Fluktuasi temperatur tahunan minimum terjadi
antara bulan Januari – Februari, sedangkan temperatur tahunan maksimum terjadi
antara bulan Agustus – September.
Kepadatan udara
tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan. Besar atau
kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara
adalah Torri Celli (1643). Alat yang
digunakannya adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang
bekerja untuk menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin
rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb).
Garis pada peta
yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut isobar.
Mencari tekanan udara: Mencari ketinggian:
P1=(P2-1013)*8 P1=P1
3. ANGIN
Angin adalah
udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin
a. Kekuatan Angin
Menurut hukum
Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient
baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua
isobar pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
Jadi angin yang
bertiup dari A ke B lebih kuat daripada angin yang bertiup dari P ke Q.
Menurut hukum Buys
Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi
(maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara
berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin
dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient
barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan
(rintangan)
Makin besar
gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya. Angin yang besar
kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang
bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama
dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga
sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi
di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan
arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke
arah kiri, ke kanan atau ke atas.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut
berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah
timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan
linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil
jika makin dekat ke arah kutub. Lihat tabel 3. Alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan angin disebut anemometer.
Tabel 3. Hubungan antara lintang tempat dan kecepatan
linier.
Klasifikasi Sistem Angin
A.
Angin Tetap
1) Angin Passat
a) Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
b) Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di
daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal
(konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah
Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu
tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya
angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
2) Angin Anti
Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah
kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di
belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi
Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o -
30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin
yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan.
Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun
Sahara (Afrika), dan gurun di Australia. Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS)
terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan
tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat
juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah doldrum”
3) Angin Barat
(jet stream)
Sebagian udara
yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke
daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di
belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan
bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang
60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut
disebut roaring forties.
4)
Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub
Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini
mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS). Angin ini disebut
angin Timur. Angin timur ini
bersifat dingin karena berasal dari daerah
kutub.
5)Angin siklon
& Anti siklon
Angin
Periodik
1) Angin Muson
(Monsun)
Angin muson ialah
angin yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada
setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun
berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober – April, matahari
berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak
memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat
pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat
tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke
benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di
belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena
angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap
air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan.
Musim penghujan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja
persebarannya tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin berkurang karena
kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April
– Oktober, matahari berada di belahan langit Utara, sehingga benua Asia lebih
panas daripada benua Australia. Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan
udara rendah, sedangkan di Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi
yang menyebabkan terjadinya angin dari Australia menuju Asia. Di Indonesia,
terjadi angin musim timur di belahan bumi Selatan
dan angin musim barat daya di belahan bumi Utara. Oleh karena tidak melewati
lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu
pada umumnya di Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai
barat Sumatera, Sulawesi Tenggara, dan pantai Selatan Irian Jaya.
Antara kedua
musim tersebut ada musim yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan), yaitu:
Musim Kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan
ke musim kemarau, dan Musim Labuh yang merupakan peralihan
musim kemarau ke musim penghujan. Terjadi pada 1 bulan sebelum dan sesudah
pergerakan muson yaitu bulan september, nopember, maret dan mei
Adapun ciri-ciri
musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi
hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Lokal
Di samping angin
musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal (setempat) yaitu sebagai berikut:
1. Angin darat
dan angin laut
Angin ini terjadi
di daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas
dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut ke darat, disebut angin
laut. Sebaliknya, pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas
dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan lautan bertekanan
minimum. Angin bertiup dari darat ke laut, disebut angin darat.
2.
Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah
terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di
puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke
puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara mengalir
dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3. Angin Jatuh
yang sifatnya kering dan panas
Angin jatuh atau
Fohn ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng
pegunungan Alpine. Sejenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama
angin Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa
Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
Di udara terdapat
uap air yang berasal dari penguapan samudra (sumber yang utama). Sumber lainnya
berasal dari danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin
tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti
makin lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer.
Ada dua macam
kelembaban udara:
1) Kelembaban
udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu
tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban
udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban
absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara
tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara
yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14 gram),
sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya pada suhu 20o C = 20 gram. Jadi kelembaban relatif
udara itu = 14/20 x 100% = 70%.
4. Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan
yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur
banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur
dalam harian, bulanan, dan tahunan.
Curah hujan yang jatuh di wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
- bentuk
medan/topografi
- arah lereng
medan
- arah angin yang
sejajar dengan garis pantai
- jarak
perjalanan angin di atas medan datar
Hujan ialah peristiwa sampainya
air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan
bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah
hujan yang sama disebut Isohyet.
Klasifikasi
hujan
a.
Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya
kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang
temperatur udaranya berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di
dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari
awan yang temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
7 mm.
b. Berdasarkan
proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front,
yang disebabkan oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda temperaturnya.
Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padat sehingga
berkondensasi dan terjadilah hujan.
2)
Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis
hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis
antara 23,5o LU - 23,5º LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus
konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat
pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah
sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi.
Disebut juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu
matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat
dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
3) Hujan
Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh
angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga
terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh
pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis, sedangkan di lereng
sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah bayangan hujan.
5. Awan
Awan ialah
kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel
di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya
(bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya
bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan
tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus
awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus
dan berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi
tidak dapat menimbulkan hujan.
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena
tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti
tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b)
Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
3)
Awan rendah (di bawah 200 m)
a)
Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpal-gumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c)
Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.
4)
Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500 m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas
dan sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut.
Sirus
Sirus
didefinisikan sebagai awan yang tampak tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih mengkilat tanpa bayangan
sendiri. Sirus dapat berbentuk lurus,
melengkung tak teratur atau tampak kusut yang dinamakan fibratus.
Jenis unsinus berbentuk koma atau kail yang mata kailnya
menghadap ke atas.
Jenis spisatus berbentuk kumpulan serat yang rapat dan
mampat.
Sirus
terdiri dari kristal es. Gejala optiknya disebabkan oleh pemantulan, pembiasan, dan penghamburan cahaya oleh
kristal-kristal es. Awan sirus berkembang
dari kristal es tang jatuh dari Sirokumulus atau dari pembentangan bagian atas Kumulonimbus. Sirus dapat pula
terjadi dari penguapan bagian yang tipis dari
Sirostratus.
Sirokumulus
Sirokumulus
adalah lapisan awan yang tampak terdiri dari unsur kecil sekali menyerupai butir padi-padian yang berwarna putih
tanpa bayangan seperti sirus. Awan
sirokumulus dapat berbentuk lonjong atau lensa yakni dari jenis lentikularis. Jenis undulatus tersusun dari beberapa baris
sejajar yang menyerupai gulungan
ombak.
Nama Sirokumulus hanya dapat digunakan bila
· awan yang
diamati jelas berkaitan dengan Sirus atau Sirostratus
· awan yang
diamati terjadi dari Sirus atau Sirostratus
· awan yang diamati mempunyai ciri atau
tanda yang menunjukan bahwa awan tersebut
terdiri dari kristal es.
Sirostratus
Sirostratus
adalah awan yang tampak seperti tirai kelambu halus keputih-putihan yang tidak
mengaburkan tepi matahari atau bulan yang ada di baliknya tetapi menghasilkan gejala halo. Jenis fibratus mempunyai jaringan serat dan
jenis nebulosus menyerupai
tirai asap yang merata.
Altokumulus
Altokumulus
adalah lapisan awan berwarna putih atau kelabu yang terdiri dari unsur-unsur berbentuk bulatan terpipih. Jenis stratiformis berbentuk lapisan yang cukup luas dan seragam. Jenis lentikularis berbentuk lensa yang
pinggirannya tajam dan tegas. Altokumulus dengan ketransparanan
termasuk varitas translusidus, sedangkan yang tidak transparan adalah varitas opakus.
Altostratus
Altostratus
didefinisikan sebagai lapisan awan yang tampak berserat atau seragam tetapi berwarna kelabu atau kebiru-biruan
menutupi sebagian atau seluruh
langit. Altostratus
terdiri dari air dan kristal es. Awan ini juga mengandung tetes hujan dan dapat menimbulkan gejala virga yang tampak sebagai garis sejajar yang keluar dari dasar awan.
Nimbostratus
Nimbostratus
adalah lapisan awan yang seragam, luas berwarna kelabu tua, sering terdapat koyakan awan di bawahnya yang
saling terpisah maupun bersambung.
Nimbostratus tidak memiliki jenis maupun varitas.
Stratokumulus
Stratokumulus
didefinisikan sebagai lapisan awan yang terdiri dari unsur
berupa bulatan terpipih atau bulatan panjang terpipih berwarna kelabu
dengan bagian yang
lebih gelap. Stratocumulus yang seragam dan meliputi bagian langit yang luas termasuk jenis stratiformis. Stratocumulus
terdiri dari tetes awan dan kadang-kadang mengandung pula tetes hujan. Awan ini kadang-kadang disertai
curahan yang berupa hujan berintensitas
kecil.
Stratus
Stratus
didefinisikan sebagai awan rendah yang seragam dan umumnya berwarna kelabu tetapi tidak menyentuh permukaan
bumi. Stratus terdiri dari tetes awan yang
kecil. Stratus yang tebal sering terdiri dari tetes hujan. Stratus menimbulkan gejala halo.
Kumulus
Kumulus
adalh awan yang umunya kelihatan mampat dan berbentuk
gumpalan yang menjulang. Ukuran
vertikal kumulus dapat kecil dan tampak seperti tertindih. Jenis ini disebut humilis.
Jenis kongestus memiliki uukuran
vertikal yang sangat tinggi dengan
bagian atas berupa tonjolan-tonjolan. Kumulus yang pinggirannya
terkoyak-koyak
merupakan jenis fraktus. Kumulus terutama terdiri dari tetes air. Kristal
es dapat terjadi di bagian awan yamg
suhunya lebih kecil dari 0ºC.
Kumulonimbus
Kumulonimbus
dalah awan yang tampak beratdan mampat, menjulang
tinggi sekali menyerupai gumpalan yang besar.
Kumulonimbus terdiri dari tetes awan dan di bagian atas terdapat es. Kumulonimbus mengandung pula tetes hujan yang
besar. Curahan
yang timbul dari Kumulonimbus menimbulkan suatu gejala yang tampak sebagai berkas garis sejajar yang keluar
dari dasar awan. Jika gejala tersebur
dapat mencapai permukaan bumi dinamakan presipitasio
dan jika berkas tidak
mencapai permukaan bumi disebut virga.
MACAM-MACAM IKLIM
Terjadinya iklim
yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan karena rotasi dan revolusi bumi
dan adanya perbedaan garis lintang. Beberapa macam iklim antara lain:
Klasifikasi iklim
matahari, didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Pembagian daerah iklimnya adalah :
a. Daerah iklim
tropis : 0o – 23,5o LU/LS
b. Daerah iklim
sub tropis : 23,5o – 40o LU/LS
c. Daerah iklim
sedang : 40o – 66,5o LU/LS
d. Daerah iklim
dingin : 66,5o – 90o LU/LS
2. Iklim Kodrat
3. Iklim Koppen
Iklim ini paling
banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan temperatur. Koppen membagi iklim dalam 5 daerah
iklim, dinyatakan dengan simbol huruf.
a. Iklim A (Iklim Hujan Tropis)
Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18oC, curah
hujan tahunan tinggi, rata rata
lebih dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam. Tipe iklim A dibagi menjadi 3
sub tipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk
tipe iklim Af, Aw dan Am.
·
Iklim Af adalah iklim A dengan curah hujan bulanan 60 mm.
Hujan sepanjang tahun.
·
Iklim Aw adalah tipe iklim A yang memiliki musim kering
yang panjang (Savana).
·
Iklim Am adalah peralihan antara Af dan Aw. Persediaan
air tanah cukup sehingga vegetasi tetap.
b. Iklim B (Iklim Kering/Gurun)
Terdapat di daerah gurun atau semiarid (steppa), curah
hujan terendah 25,5 mm/tahun. Penguapan besar.
c. Iklim C (Iklim Sedang)
Temperatur bulan terdingin 18oC sampai –3oC.
d. Iklim D (Iklim Salju atau Mikrothermal)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10oC, sedangkan
suhu rata rata bulan terdingin – 3oC.
e. Iklim E atau iklim Kutub
Terdapat di diderah Arctic dan Antartika. Suhu tidak
pernah lebih dari 10oC. Tidak mempunyai musim panas yang benar-benar panas.
Berdasarkan
klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah
pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E.
4. Iklim Schmidt -
Ferguson
Iklim
Schmidt-Ferguson sering disebut Q model karena didasarkan atas nilai indeks
nilai Q.Di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe Iklim :
A. kategori sangat basah, nilai Q = 0 – 14,3
%
B. kategori basah, nilai Q = 14,3 – 33,3 %
C. kategori agak basah nilai Q 33,3 – 60 %
D. kategori sedang, nilai Q = 60 – 100 %
E. kategori agak kering, nilai Q = 100 – 167
%
F. kategori kering, nilai Q = 167 – 300 %
G. kategori sangat kering, nilai Q = 300 –
700 %
H. kategori luar biasa kering, nilai Q =
lebih dari 700 %
(lihat tabel 4.)
yang dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
a. Bulan basah
apabila curah hujan lebih dari 100 mm.
b. Bulan kering
apabila curah hujannya kurang dari 60 mm.
Tabel 4. Tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson adalah:
5. Iklim Oldeman
Seperti halnya
metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman (1975) hanya memakai unsur curah hujan
sebagai dasar klasifikasi iklim. Bulan basah dan bulan kering secara
berturut turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerah daerah tertentu.
Maka penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat (agro-climatic
classification). Misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar
palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap
bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi
sawah selama satu musim. Dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai
bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun
lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan,
periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu
kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam padi
sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka
tidak dapat membududayakan padi tanpa irigasi tambahan.
Dari tinjauan di
atas, Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama, yaitu:
A : Jika terdapat
lebih dari 9 bulan basah berurutan.
B : Jika terdapat
7 – 9 bulan basah berurutan.
C : Jika terdapat
5 – 6 bulan basah berurutan.
D : Jika terdapat
3 – 4 bulan basah berurutan.
E : Jika terdapat
kurang dari 3 bulan basah berurutan.
Bulan basah yang
digunakan Oldeman adalah sebagai berikut:
a. Bulan basah
apabila curah hujan lebih dari 100 mm.
b. Bulan lembab
apabila curah hujannya 100 - 200 mm.
c. Bulan kering
apabila curah hujannya kurang dari 60 mm.
6. Iklim F. Junghuhn
Junghuhn
mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan
kehidupan tumbuh-tumbuhan.
a.
Daerah panas/tropis
Tinggi
tempat : 0 - 700 m dari permukaan laut.
Suhu
: 26,3o C - 22o C.
Tanaman
: padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
b. Daerah sedang
Tinggi tempat : 700 m - 1500 m dari permukaan laut.
Suhu : 22o C - 17,1o C.
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina,
sayur-sayuran.
c. Daerah sejuk
Tinggi tempat : 1500 - 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 17,1o C - 11,1o C.
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 11,1o C - 6,2o C.
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
POLA CURAH HUJAN DI
INDONESIA
Pola umum curah
hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah
hujan selalu lebih banyak dari pantai timur.
2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan
barisan pulau-pulau yang panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau-pulau
ini hanya diselingi oleh selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini
secara keseluruhan tampak seakan akan satu pulau, sehingga berlaku juga dalil,
bahwa di sebelah timur curah hujan lebih
kecil, kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari
jejeran pulau ini adalah pantai Barat Jawa Barat.
3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke
barat, hujan juga bertambah jumlahnya
dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian
600 - 900 m.
4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan
jatuh pada musim Pancaroba, demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang
besar-besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak
D.K.A.T.
6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari
Barat ke Timur. Pantai Barat Pulau Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan
terbanyak bulan November. Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke timur, pada
bulan Desember. Sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari-
Februari, yang letaknya lebih ke timur lagi.
7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi
Tenggara, Maluku Tengah mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu bagian
lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas wilayah hujan Indonesia
Timur kira-kira terdapat pada 120o bujur timur. Curah hujan di
Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan tetapi, seperti
telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang satu dengan tempat yang lain
curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah hujannya adalah
daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069
mm/tahun. Sedangkan kota Palu di Sulawesi Tengah, merupakan daerah paling
kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
EL NINO DAN LA NINA
El Nino dan La
Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador
(Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global. Biasanya suhu
air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus
dari dasar laut menuju permukaan).
Menurut bahasa
setempat El Nino berarti bayi
laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember).
Di Indonesia,
angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian
besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador.
Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga
terjadilah musim kemarau yang panjang.
Sejak tahun 1980
telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada tahun 1982, 1991,
1994, dan tahun 1997/98. El Nino tahun 1997/98 menyebabkan kemarau panjang,
kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat pada berbagai pulau,
dan produksi bahan pangan turun dratis, yang kemudian disusul krisis ekonomi.
El Nino juga
menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama di Afrika
sehingga terjadi kelaparan di Etiopia dan negara-negara Afrika Timur lainnya.
Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El Nino menyebabkan
banjir besar dan turunnya produksi ikan karena melemahnya upwelling.
La Nina merupakan kebalikan dari
El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan.
Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di
pantai Peru – ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya
kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi
cuaca menjadi normal kembali.
Dengan kata lain,
La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El
Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan
sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi
daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan
dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga
sering terjadi hujan lebat. Penduduk
Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bias
terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina,
yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar